Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Kehidupan sehari-hari tidak lepas dari interaksi antarindividu maupun kelompok. Dari interaksi inilah terbentuk suatu proses sosial, yakni dinamika hubungan yang memengaruhi pola pikir, sikap, serta perilaku masyarakat.
Secara umum, proses sosial terbagi menjadi dua bentuk utama, yaitu proses sosial asosiatif yang bersifat membangun kerja sama dan solidaritas, serta proses sosial disosiatif yang bersifat memisahkan dan menimbulkan konflik. Keduanya tidak dapat dipisahkan karena hadir bersamaan dalam kehidupan manusia.
Artikel ini akan membahas secara mendalam pengertian, bentuk, contoh, serta dinamika dari proses sosial asosiatif dan disosiatif, sekaligus relevansinya dalam kehidupan modern.
Pengertian Proses Sosial
Proses sosial adalah segala bentuk interaksi yang terjadi antarindividu, kelompok, maupun antara individu dengan kelompok. Menurut Gillin & Gillin, proses sosial merupakan cara-cara berhubungan yang dilihat apabila individu dan kelompok saling bertemu serta menentukan sistem hubungan sosial.
Dari sini terlihat bahwa proses sosial bukan sekadar aktivitas komunikasi, melainkan mencakup dinamika hubungan yang dapat memperkuat persatuan atau justru menimbulkan perpecahan.
Proses Sosial Asosiatif
Pengertian
Proses sosial asosiatif adalah bentuk interaksi yang bersifat positif karena mengarah pada kerja sama, keserasian, dan kesatuan. Dalam proses ini, individu maupun kelompok berusaha mencapai tujuan bersama melalui sikap saling mendukung.
Bentuk-Bentuk Proses Sosial Asosiatif
-
Kerja Sama (Cooperation)
Terjadi ketika dua pihak atau lebih bekerja sama untuk mencapai kepentingan bersama. Contoh: gotong royong membersihkan lingkungan, tim proyek di perusahaan, atau kerja sama antarnegara dalam perdagangan. -
Akomodasi (Accommodation)
Usaha untuk meredakan pertentangan agar tercipta keseimbangan sosial. Bentuk akomodasi bisa berupa kompromi, mediasi, arbitrase, maupun toleransi. Misalnya, penyelesaian konflik buruh dan pengusaha melalui perundingan. -
Asimilasi (Assimilation)
Proses penyatuan dua kelompok atau lebih yang berbeda budaya hingga melahirkan budaya baru. Contoh: budaya kuliner Indonesia yang menggabungkan unsur Tionghoa, Arab, dan lokal. -
Akulturasi (Acculturation)
Proses penerimaan unsur budaya asing tanpa menghilangkan budaya asli. Misalnya, masuknya musik K-pop di Indonesia yang diterima tanpa menghilangkan musik daerah.
Ciri-Ciri Proses Asosiatif
-
Mengedepankan sikap saling menghargai.
-
Menghasilkan integrasi sosial.
-
Ada kesediaan untuk berkompromi.
-
Menciptakan keharmonisan dalam masyarakat.
Proses Sosial Disosiatif
Pengertian
Proses sosial disosiatif adalah interaksi sosial yang bersifat negatif karena menimbulkan pertentangan, perpecahan, atau kompetisi. Meskipun terlihat destruktif, sebenarnya proses ini juga berfungsi dalam dinamika masyarakat, terutama sebagai alat kontrol dan penyeimbang.
Bentuk-Bentuk Proses Sosial Disosiatif
-
Persaingan (Competition)
Usaha individu atau kelompok untuk meraih keuntungan atau posisi tanpa menggunakan kekerasan. Contoh: persaingan bisnis antarperusahaan, kompetisi akademik, atau pertandingan olahraga. -
Kontravensi (Contravention)
Sikap menentang secara tersembunyi tanpa konfrontasi terbuka. Misalnya, menyebarkan rumor untuk menjatuhkan lawan politik. -
Konflik (Conflict)
Pertentangan terbuka antarindividu atau kelompok karena perbedaan kepentingan. Konflik bisa bersifat destruktif (merusak) maupun konstruktif (mendorong perubahan positif). Contoh: konflik antarpartai politik, konflik agraria, hingga perang antarnegara.
Ciri-Ciri Proses Disosiatif
-
Adanya pertentangan kepentingan.
-
Tidak tercapainya kesepakatan bersama.
-
Cenderung memunculkan jarak sosial.
-
Bisa berujung pada kekerasan atau perpecahan.
Hubungan Asosiatif dan Disosiatif
Proses sosial asosiatif dan disosiatif bukanlah dua hal yang berdiri sendiri, melainkan saling melengkapi. Konflik (disosiatif) sering kali mendorong lahirnya akomodasi atau kerja sama (asosiatif). Sebaliknya, kerja sama yang tidak adil dapat memicu konflik.
Contoh nyata adalah hubungan industrial: buruh dan pengusaha bisa bersatu dalam kerja sama, namun ketidakadilan upah dapat memicu perselisihan. Setelah itu, biasanya akan muncul proses akomodasi untuk mencari solusi bersama.
Faktor yang Mempengaruhi Proses Sosial
-
Faktor Internal
-
Kepribadian individu
-
Tingkat pendidikan
-
Nilai dan norma yang dianut
-
-
Faktor Eksternal
-
Struktur sosial masyarakat
-
Kebijakan pemerintah
-
Perubahan teknologi dan globalisasi
-
Contoh Nyata dalam Kehidupan Masyarakat
-
Proses Asosiatif
-
Gotong royong saat bencana alam.
-
Program vaksinasi nasional yang melibatkan kerja sama masyarakat, tenaga medis, dan pemerintah.
-
Asimilasi budaya kuliner, seperti bakso yang berasal dari pengaruh Tionghoa dan menjadi makanan khas Indonesia.
-
-
Proses Disosiatif
-
Persaingan bisnis aplikasi transportasi online.
-
Konflik horizontal antarwarga karena isu politik.
-
Kontravensi berupa penyebaran hoaks di media sosial.
-
Dampak Proses Sosial
-
Dampak Positif
-
Memperkuat solidaritas sosial.
-
Mendorong lahirnya inovasi melalui persaingan sehat.
-
Melahirkan budaya baru yang lebih kaya.
-
-
Dampak Negatif
-
Menimbulkan perpecahan sosial.
-
Konflik berkepanjangan yang merugikan banyak pihak.
-
Hilangnya identitas budaya asli akibat asimilasi berlebihan.
-
Relevansi di Era Modern
Di era globalisasi, proses sosial semakin kompleks. Media sosial menjadi wadah interaksi baru yang mempercepat proses asosiatif sekaligus disosiatif.
-
Asosiatif: kampanye solidaritas online, crowdfunding, kolaborasi lintas negara.
-
Disosiatif: ujaran kebencian, polarisasi politik, dan penyebaran hoaks.
Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat perlu memiliki literasi sosial dan digital yang kuat agar dapat memaksimalkan sisi asosiatif dan meminimalisir dampak disosiatif.
Proses sosial asosiatif dan disosiatif adalah dua sisi mata uang dalam kehidupan bermasyarakat. Asosiatif menekankan kerja sama, integrasi, dan keharmonisan, sedangkan disosiatif menekankan pertentangan, persaingan, dan konflik.
Keduanya sama-sama penting karena interaksi sosial tidak selalu berjalan harmonis. Konflik justru bisa menjadi pemicu perubahan sosial yang konstruktif jika dikelola dengan bijak.
Dengan pemahaman mendalam tentang proses sosial ini, masyarakat dapat lebih siap menghadapi dinamika sosial di tengah perubahan global yang cepat.